Black Ant Taekwondo Club diresmikan pada tanggal 03 September 2022 yang dulunya merupakan Dojang Pancor sejak tahun 1994 penamaan Black Ant sendiri diambil dari spirit perjuangan pahlawan Nasional TGKH.Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, dimana beliau dalam pergerakan kemerdekaan telah banyak menempa dan melatih murid-muridnya terutama dalam bidang pendidikan dan kaderisasi melalui bela diri.
Black Ant dalam.bahasa Sasak disebut "Tedes Bedeng" dalam bahasa Indonesia Semut Hitam disematkan kepada beberapa orang muridnya terutama yang berasal dari Pancor yang diberi tugas khusus untuk menjaga keamanan, mempertahankan kampung halamannya (Pancor), sebagai pasukan khusus bahkan menjadi pengawal pribadinya, mereka dibekali dengan bela diri mulai dari beladiri lokal sampai beladiri modern, diuji dan ditempa secara mental dan spiritual dibekali dengan ilmu hikmah dan diberikan amalan khusus agar mereka memiliki daya tahan secara fisik dan mental spiritual serta kesholehan yang tidak dapat diragukan lagi karena mereka di satu sisi sebagai murid pilihan Di satu sisi juga mereka adalah tokoh agama yang sangat disegani.
Keberadaan mereka cukup dirahasiakan, dari informasi yang kami himpun mereka berjumlah delapan orang, mereka biasanya dipanggil dan diberi arahan dimalam hari sehingga saja keberadaan mereka tidak banyak yang tahu, Pada suatu malam ada seorang penyusup dari luar daerah yang hendak membuat onar dan mengganggu keamanan, oknum tersebut memiliki kedikdayaan yang cukup tinggi sehingga ia bisa berjalan sangat ringan di atas rumah penduduk, pasukan ini diamanahkan untuk mengejar dan menangkap pelaku dengan mengikuti mereka berjalan Di atas atap penduduk "hanya dengan membaca Bismillah" meraka melesat naik ke atas atap dan wal hasil dapat mengalahkan dan menangkap lelaku. Dalam kisah Lain generasi awal pasukan "tedes bedeng" ini ketika terjadi perang mereka dihujani dan diberondong dengan peluru kaliber, namun merela tidak mempan peluru dan senjata tajam dengan mudahnya mereka menghindari peluru tersebut "karena mereka dapat melihat peluru tersebut dengan jelas seukuran kendi (gentong)" seraya mereka berkata " MNE PELURU MEK PADA" (ini peluru kalian kami kembalikan)
Pada suatu malam menjelang subuh mereka dipanggil oleh TGKH.M.Zainuddin Abdul Majid, beliau menggulung sorban miliknya seraya mengeluarkan Rotan dari gulungan Tersebut dan kemudian dibagikan kepada 8 orang tersebut. Konon rotan tersebut dapat dipergunakan sebagai senjata jarak jauh dan dapat membuat lawannya terjatuh sebelum dipukul.
Dalam lintasan sejarah mereka sangat berperan meskipun mereka beroperasi sangat senyap dan sangat rahasia, mereka juga sangat tekun beribadah, berwirid, berderma dan memiliki hubungan sosial yang sangat baik dengan masyarakat.
Berdasarkan history tersebut metamorfosa dari Dojang Pancor ke Black Ant kembali mengangkat spirit mereka dalam mempertahankan eksistensial mereka untuk menempa mental spiritual atlet yang berprestasi dan memiliki kesalehan spiritual dan kesalehan sosial dengan menjunjung Tinggi adab dan sportifitas bagi para atlet dan peserta didik Dojang Black Ant. Sebuah even yang memiliki modeling dan kreativitas dan semangat dalam mengembangkan Taekawondo dan spiritnya tanpa meninggalkan sejarah dan kearifan lokalnya.
link referensi: https://ti-blackantntb.com/article/detail/Spirit-of-Black-Ant